Selasa, 11 Agustus 2009

mengefektifkan gerakan dawah






Bismillahirarahmanirahim

segala puji bagi Allah yang telah memberikan kenikmatan iman yang tiada tara kepada ummatnya yang terus berjuang untuk menegakan kalimatullah fi kulli ardi.
ikhwah fillah rahimakumullah, kita dihadapkan pada situasi yang menurut ana adanya degradasi dan kelunturan aktivitas dawah tulabiyyah di kampus-kampus atau di sekolah sekolah, dan itu bisa diindikasikan dengan semakin mandegnyagerakan amal ma'ruf nahyi mungkar di tempat kita.
jangan jauh-jauh hal itu bisa di rasakan dengan semakin menurunnya kondisi keimanan para kader2 dawkah sekarang sehingga hal ini berdampak pada keefektifan gerakan, dan boleh jadi ini sebagai ganjalan terbesar dalam amal-amal kita. Atau contoh hal konkrit lain adalah menurunnya minat baca para aktivis sekarang atau mungkin suka membaca tapi membaca sesuatu yang sedikit faedahnya sehingga muhammad al ghadban dalam bukunya manhajharaki yaitu kader akan mudah terpental dan lari ketika dihadapkan pada satupukulan dan permaslahan saja, barusaja thagut memukul maka kita langsung hancur, nah itu lah yang menjadi bayang bayang besar aktifitas kita sekarang, kita lebih mengutamakan amal tanpa dibarengi iman dan ilmu, sedangkan Rasulullah bersabda yang diriwayatkan aisyah ra, yang berbunyi barang siapa yang mengada ada dalam beribadah maka ditolak, itu mengindikasokan pada diri kita yang meniatkan beribadah tapi hal dan niat itu tidak didasari ilmu dan aqidah yang mantap, sehingga apa yang kita lakukan menjadi sia-sia, pernah ana coba memaksakan kepada tema-teman sperjuangan untuk menerapkan nilai-nilai ruhiyyah ini, mulai dari qiyamullail dan tilawah tapi jawabanya adalah, saya hanya akan melakukan sebisa saya, dan dari hari ke hari tidak memiliki niat untuk menaikan target tersebut, dan gagal lah sistem yang ingin ana bangun. Itu hanya gambaran sebagian kecil dari sikap kita yang loyo dan lemah ketika dihadapkan pada suatu hal yang menurut hemat ana adalah untuk kemasylahatan gerakan. perlu kita pelajari lagi syirah ketika rasul melakukan gerakan dawahnya ketika periode makah dengan metode syiiatuddawah atau tersembunyi hal yang pertama yang rasul lakukan adalah memupuk keimanan dan aqidah yang kuat sebagai pondasi dalam menegakan agama Allah, dan juga tsaqafah yang matang di rumah arqam, dimana dari orang-orang tersebut jadilah islam mencapai kita semua, maka ketika masuk dalam tahapan dzahir kita kenal sahabat2 yang tsabtdalam islam walau mendapat penyiksaan yang sangat berat dari parakaum jahili. tapi jika kita tengok sekarang maka akan kita dapati kader-kader yang loyo, kader kader yang hatinya penuh dengan cinta buta bahkan tidak jarang berpcaran atas nama dawah, jelas ini mengotori dan menyumbat arah gerak dawah, dan halitu ketika tetap bisa dibetulkan maka harus diamputasi.
bersambung.....





Senin, 10 Agustus 2009

Rahasia mendapatkan uang di internet | Doesn't Nonsense

Rahasia mendapatkan uang di internet | Doesn't Nonsense









febi MySpace Layouts Gallery!
Create Your Own Layout Here!





MySpace Layouts

Sabtu, 08 Agustus 2009

download nasyid



download nasyid ini gratis dan semoga bermanfaat.

berikut listnya :

1. inteam :

- impian kasih

- kasihmu amanahku

- lilin seorang guru

- selamatkan dunia

- rabiatul adawiyah

- sutra kasih

- impian kasih

2. edcoustiq

- muhasabah cinta

- sebiru

- duhai pendampingku

- nantikanku dibatas waktu

- kupergi

- sendiri menyepi

- sepotong episode masa lalu

music ini telah di convert sehingga memiliki kapasitas yang kecil, untuk mengembalikannyake ukuran awal, silahkan download jetaudio disini



febi MySpace Layouts Gallery!
Create Your Own Layout Here!





Selasa, 10 Maret 2009

tentang qiyamullail berjamaah







Qiyamullail Berjama’ah, Bid’ahkah?

Oleh: Tim dakwatuna.com
Kirim

dakwatuna.com- Kita tahu, bahwa kaidah ibadah dalam Islam adalah ‘Setiap ibadah adalah terlarang kecuali yang ada contoh atau perintahnya dalam syariat.’ Sesuai hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Barangsiapa yang beramal dengan suatu perbuatan yang kami tidak pernah memerintahkannya maka ia tertolak.” (HR. Muslim) artinya ibadah yang mengada-ada yang tidak pernah dilakukan dan diperintahkan agama, walau dilakukan oleh orang shalih dan ulama berwibawa, tetaplah tertolak oleh menurut syariat Islam. Itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan adalah neraka tempatnya. Maka seorang muslim harus menjaga dirinya agar tidak terjerumus ke dalamnya.

Namun sikap mudah membid’ahkan juga tidak dibenarkan oleh syariat. Seharusnya kita hati-hati dan jangan terburu-buru dalam menghindari bid’ah, atau dalam menuduh sesuatu itu bid’ah. Sebab sikap gampang menuduh adalah sikap gegabah dan bukanlah perilaku ulama yang mendalam ilmunya. Di antaranya sikap sebagian orang yang membid’ahkan qiyamullail berjamaah. Jangan sampai kita menilai ‘salah’ terhadap sesuatu lantaran semata-mata kita belum menemukan dalilnya. Tidak menemukan, bukan berarti tidak ada, sebab hal tersebut tergantung ketelitian, kecermatan, dan kesabaran masing-masing orang dalam menelusurinya.

Qiyamullail Berjamaah Diisyaratkan Oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan Kadang Dilakukan Para Sahabat

Ada beberapa adillatul syar’iyyah (dalil-dalil syar’i) tentang ini. Di antaranya:

1. Dari Abu Hurairah, dari Abu Said, bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa bangun malam dan membangunkan isterinya, lalu keduanya shalat dua rakaat dengan berjamaah (Shalla rak’ataini jami’an), ditetapkan pada malam itu termasuk orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah” (HR. Abu Daud dan Al Hakim. Di shahihkan oleh Syaikh al Albany dalam Shahihul Jami’ no. 5906)

Hadits ini adalah petunjuk yang amat sharih (jelas) tentang masyru’(disyariatkan)-nya qiyamullail berjamaah. Wallahu A’lam

2. Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu pernah Qiyamullail berjamaah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, “Aku pernah shalat bersama Rasulullah, beliau memanjangkan shalatnya sehingga aku menyangka yang tidak-tidak.” Ibnu Mas’ud ditanya, “Apa yang engkau pikirkan?” Aku jawab, “Aku berpikir untuk duduk dan meninggalkan baginda.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Hudzaifah bin Yaman radhiallahu ‘anhu pernah Qiyamullail berjamaah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dari Hudzaifah bin Yaman, ia berkata, “Pada suatu malam aku shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau memulai shalat dengan membaca surat Al Baqarah. Aku katakan, ‘Beliau ruku’ setelah membaca seratus ayat pertama, kemudian meneruskan hingga selesai.’ Aku katakan, ‘Beliau shalat dengan (membaca semua ayat itu) dalam satu rakaat, lalu melanjutkan!’ Aku katakan, ‘Setelah itu beliau ruku’ dengannya, kemudian shalat lagi membaca surat An Nisa, lalu Ali Imran. Dia membaca pelan-pelan, jika membaca ayat tasbih ia bertasbih, jika melewati ayat permohonan ia memohon, jika membaca ayat perlindungan ia berta’awudz. Kemudian ruku’ seraya berkata, ‘Subhana rabbiyal ‘azhim’, ruku’nya sama panjangnya dengan berdirinya, kemudian berkata, ‘Sami’ Allahu liman hamidah’, kemudian berdiri lama seperti lamanya ruku’. Kemudian bersujud seraya berkata, ‘Subhana rabbiyal a’la’ dan lamanya waktu sujud mendekati lamanya waktu berdiri.” (HR. Muslim)

4. Auf bin Malik al Asyja’i radhiallahu ‘anhu pernah qiyamullail bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Dari Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Pada suatu malam aku bangun (shalat malam) bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu beliau membaca Al Baqarah. Setiap kali melewati ayat-ayat rahmat beliau berhenti dan memohon, ketika membaca ayat-ayat azab beliau berhenti dan membaca ta’awudz”. Auf berkata, “Kemudian beliau ruku’ sepanjang waktu berdirinya. Di dalam ruku’nya beliau berkata, ‘Maha Suci Allah yang memiliki kekuasaan, kerajaan, kebesaran , dan keagungan.’ Kemudian ia bersujud sepanjang waktu dirinya, seraya berkata dalam sujudnya seperti itu. Kemudian beliau membaca surat Ali Imran, kemudian membaca surat demi surat.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh al Albany menghasankan dalam Misykat al Mashabih no. 882)

5. Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu pernah berjamaah Qiyamullail bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah shalat malam.” Ibnu Abbas berkata lagi, “Saya bangun dan berwudhu kemudian datang dan berdiri di sebelah kirinya. Lalu beliau menarikku dan meletakkanku di sebelah kanannya, lalu shalat 13 rakaat.” (HR. Ahmad. Syaikh Ahmad Syakir menshahihkannya, no. 2276)

Perhatikan baik-baik lima hadits ini. Semua menunjukkan tentang shalat malam berjamaah yang dilakukan para sahabat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Pandangan Para Ulama Terkemuka

Berkata al Hafizh Ibnu Hajar, “Wahab meriwayatkan dari Malik bahwa dibolehkan seseorang bermakmum dalam shalat sunah. Adapun jika dia ingin menjadi terkenal, lalu manusia dikumpulkan di sekitarnya, maka tidak boleh.” (Ibnu Hajar, Shahihul Jami’, 5/590)

Hisyam bin Urwah berkata, “Saya pernah melihat Abdullah bin Zubeir menjadi imam shalat sunah di Masjidil Haram, di belakangnya terdapat pembesar fuqaha dan kemaslahatan. Mereka berpandangan bahwa hal itu baik.” (As Samarqandi, Mukhtashar Qiyamullail)

Muhammad bin Nashr al Marwazi berkata, “Ditetapkan dari Rasulullah bahwa dia shalat sunah berjamaah diselesai bulan Ramadhan, baik siang ataupun malam. Hal itu juga dilakukan oleh sekelompok jamaah dari sahabat-sahabat sesudahnya.” (Ibid)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Tidak dilarang mengerjakan shalat sunah dengan berjamaah seperti yang dilakukan oleh Rasulullah, tetapi tidak menjadikannya sebagai sunah rawatib, seperti seorang yang berdiam di mesjid untuk menjadi imam shalat sunah rawatib dengan manusia antara maghrib dan isya atau di tengah malam seperti shalat mereka pada shalat lima waktu.” (Ibnu Taimiyah, Majmu’ al Fatawa, 13/112)

Dia juga berkata, “Shalat sunah berjamaah ada dua macam: Pertama. Shalat sunah yang memang disunahkan secara berjamaah seperti shalat kusuf, istisqa, dan qiyamuramadhan. Semua itu dikerjakan secara berjamaah sebagaimana yang tertera dalam nash. Kedua. Shalat sunah yang tidak disunahkan untuk dikerjakan secara berjamaah, seperti qiyamullail, sunah rawatib, dhuha, tahiyyatul masjid, dan sebagainya. Tetapi bila kadang-kadang dikerjakan secara berjamaah maka itu diperbolehkan. Ada pun bila dilakukan selalu dengan berjamaah, maka hal itu tidak disyariatkan.” (Ibid, 3/412) Demikian pandangan para ulama kita.

Kesimpulan

  1. Shalat Qiyamullail berjamaah adalah masyru’ (disyariatkan) sebagaimana nash-nash yang ada.
  2. Tetapi Qiyamullail berjamaah dilakukan kadang-kadang saja, bila selalu dengan berjamaah, maka itu tidak dibenarkan syariat (bid’ah).
  3. Qiyamullail berjamaah tidak ditentukan waktunya secara khusus, misal mengkhususkannya pada malam jum’at saja, atau pada malam tahun baru saja, jika dikhususkan waktunya seperti itu maka ia jatuh pada bid’ah idhafiyah. Medio tahun 90-an Lembaga Kajian Fiqih Al Khairat yang diketuai oleh Ustadz Dr. Salim Seggaf al Jufri -hafizhahullah- pernah mengeluarkan keputusan tentang bid’ahnya Qiyamullail pada malam tahun baru -jika hanya dikhususkan-.
  4. Bagaimanapun juga, Qiyamullail lebih utama dilakukan secara munfarid (sendiri). Wallahu A’lam.





Kamis, 26 Februari 2009

pelajaran dari gaza









febi MySpace Layouts Gallery!
Create Your Own Layout Here!


Krisis Gaza memberikan kita banyak pelajaran. Salah satunya yang paling penting, bahwa kita harus segera mengambil langkah untuk merevitalisasi paradigma umat, yang akan memberikan kesamaan visi bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia, sebuah paradigma dimana umat Islam harus satu suara dalam menyuarakan kebenaran, menegakkan keadilan dan kedamaian bagi eksistensi umat Islam.

Theodoros Pangalos, anggota parlemen Yunani mengembalikan hadiah berupa tiga botol minuman anggur yang diberikan oleh dutabesar Israel. Saat mengembalikan hadiah itu, Pangalos menulis pesan pada dutabesar Israel yang isinya:

"Dengan sangat menyesal saya mengetahui bahwa botol-botol anggur yang Anda kirimkan pada saya diproduksi di Datara Tinggi Golan. Sejak masih muda, saya dididik untuk tidak mencuri dan tidak menerima benda-benda dari pencuri. Oleh sebab itu saya tidak bisa menerima hadiah ini dan saya harus mengembalikannya pada Anda. Anda tahu, berdasarkan hukum internasional dan beberapa keputusan dari komunitas internasional, negara Anda telah menguasai secara ilegal Dataran Tinggi Golan milik negara Suriah."

Audrey Stewart adalah aktivis hak asasi manusia dari New Orleans, AS. Dia ibu dari dua anak yang masik kecil-kecil dan ia meninggalkan anak-anaknya untuk pergi ke Jalur Gaza pada saat perang berkecamuk. Audrey tinggal beberapa hari di Gaza saat Israel menjatuhkan bom-bomnya ke wilayah itu. Dalam sebuah artikel, Audrey membandingkan puteranya yang bernama Dominic dengan seorang anak lelaki Palestina berusia tiga tahun bernama Omar.

"Mengapa saya memiih untuk meninggalkan anak-anak saya dan pergi ke Gaza? Saya bertanya ratusan kali pada diri saya mengapa saya harus di sini (Gaza). Akhirnya saya di sini karena saya percaya bahwa Omar, anak lelaki Palestina berusia tiga tahun punya hak yang sama atas hidup dan mimpi-mimpinya seperti anak saya Dominic yang juga berusia tiga tahun. Lebih dari itu, sebagai seorang ibu, saya bertanggung jawab untuk tidak hanya mencintai dan bicara untuk kepentingan anak saya sendiri, tapi juga untuk para ibu lainnya."

Dua fakta diatas menunjukkan semangat kemanusiaan sejati dari dua orang non-Muslim. Sungguh memalukan jika kita melihat apa yang dilakukan para pemimpin Muslim yang saling bersalaman, berpelukan, menggelar makan malam mewah dan berfoto-foto dalam sebuah konferensi yang membahas krisis di Gaza. Kenyataan inilah yang akan kita gali sebagai latar belakang untuk membahas topik persatuan umat Islam terkait dengan agresi brutal Israel yang membantai warga Muslim di Jalur Gaza.

Krisis Gaza memberikan kita banyak pelajaran. Salah satunya yang paling penting, bahwa kita harus segera mengambil langkah untuk merevitalisasi paradigma umat, yang akan memberikan kesamaan visi bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia, sebuah paradigma dimana umat Islam harus satu suara dalam menyuarakan kebenaran, menegakkan keadilan dan kedamaian bagi eksistensi umat Islam. Semua itu bisa tercapai jika umat Islam lebih serius dan memiliki kesetiaan yang dalam pada al-Quran dan sunnah Rasulullah Muhammad saw. Tapi sayang, yang terjadi saat ini, umat Islam di dunia secara drastis telah mengasingkan diri mereka dari tanggung jawab yang sangat penting di bidang sosial politik, yang telah diamanahkan Allah swt pada umat Islam.

Dalam Surat Ali 'Imran ayat 103 Allah swt berfirman:

"Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."

Sungguh menyedihkan, saat ini umat Islam tidah bersatu. Ada penguasa dan pejabat-pejabat Muslim yang bekerjasama dengan musuh-musuh Islam dan membunuh saudara-saudara mereka sendiri. Apa yang terlihat di depan mata kita sudah sangat jelas dan tidak perlu penjelasan lagi. Ini menunjukkan aspek penting betapa makin terasingnya kita dari paradigma umat.

Dalam Surat Al-Ma'idah ayat 51, Allah swt berfirman;

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpinmu.Sebagian dari mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

Dalam Surat An-Nisaa' ayat 144, Allah swt berfirman;

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengambil alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu?)"

Ayat-ayat diatas bukan berarti umat Islam tidak boleh berteman dengan orang-orang Yahudi, Kristiani dan orang-orang non-Muslim lainnya. Tapi ayat-ayat itu memerintahkan umat Islam untuk tidak memberikan dukungan pada musuh-musuh Islam, pada mereka yang memerangi saudara-saudara seiman kita. Apa yang terjadi di Timur Tengah merupakan pelajaran yang obyektif bagi umat Islam. Sekarang ini, kita melihat pemerintahan negara-negara Muslim mengadopsi bukan hanya pendekatan yang bersahabat, tapi juga mengadopsi sikap merendahkan diri sedemikian rupa pada para Zionis atau pada negara-negara yang mendukung Zionis, organisasi Zionis dan sebagainya.

Dalam surat An-Nissa' ayat 75, Allah swat berfirman;

"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang semuanya berdoa: 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau dan berilah kami penolong dari sisi Engkau."

Umat Islam tahu akan perintah Allah swt itu, tapi banyak Muslim yang mengabaikan kewajiban mereka untuk berjuang memerdekakan Muslim lainnya yang masih terjajah. Banyak umat Islam yang malah berkolaborasi dengan para tiran dan penindas bahkan pada saat saudara-saudara Muslim mereka dalam kondisi tanpa pertahanan dan hak asasi mereka terampas. Inilah yang kita saksikan saat Israel melakukan serangan keji ke Jalur Gaza. Sementara banyak non-Muslim di berbagai belahan negara yang menggelar aksi protes terhadap agresi tak beradab yang dilakukan Israel, ironisnya ada beberapa negara Muslim yang melarang rakyatnya untuk mengungkapkan kemarahan pada penjahat perang yang telah membantai anak-anak. Adakah yang lebih buruk dari semua ini bagi umat Islam?

Sepertinya rasa kemanusiaan sudah berada di pinggiran zaman dan umat Islam sedang menghadapi ujian. Tentu saja, umat Islam harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan zaman, tidak bisa tidak. Sudah sangat terlambat bagi umat untuk melupakan atau mengabaikan isu-isu yang telah menciptakan perpecahan dan pertikaian di kalangan umat.Tugas utama dan kewajiban yang paling penting bagi umat ini adalah untuk berpegang teguh pada "tali Allah" bersama-sama dan tidak terpecah belah lagi. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan menuntun kita semua ke jalanNya yang lurus.

Profesor Shahul Hameed-Islamonline

Profesor Shahul Hameed adalah konsultan di Islamonline. Pernah menjadi memimpin Kerala Islamic Mission di Calicut, India. Penulis buku-buku Islam yang diterbitkan dalam bahasa Malaysia. Buku-bukunya bertema perbandingan agama, status perempuan dalam Islam, ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.




MySpace Layouts